Kau Menatapku dan Dunia Mulai Retak di Antara Kita
Aula Emas istana berkilauan di bawah ribuan lentera. Cahaya itu memantul dari lantai marmer yang dipoles hingga mengkilap, menerangi wajah-wajah para pejabat kekaisaran yang tersusun rapi. Namun, di balik senyum dan anggukan sopan, tersembunyi tatapan TAJAM, perhitungan rumit, dan bisikan pengkhianatan yang merayap di balik tirai sutra berwarna merah darah.
Di tengah kemegahan yang mencekam ini, Pangeran Yi, pewaris takhta yang dingin dan ambisius, menatap Putri Lian. Gadis itu berdiri di ujung aula, anggun bagai bunga teratai di tengah badai. Mata mereka bertemu, dan di saat itu, Pangeran Yi merasakan sesuatu yang tak pernah ia duga: getaran yang mengguncang fondasi hatinya.
Putri Lian bukan sekadar putri dari kerajaan bawahan. Ia adalah bidak dalam permainan takhta yang kejam. Pangeran Yi tahu itu. Ia seharusnya melihatnya sebagai alat untuk memperkuat kekuasaannya, bukan sebagai perempuan yang mampu membuatnya bertekuk lutut.
"Putri Lian," sapa Pangeran Yi dengan suara baritonnya yang memikat. "Kau tampak mempesona malam ini."
Lian membalas tatapannya, senyum tipis bermain di bibirnya. "Pangeran terlalu baik. Istana ini memang tempat yang mempesona. Namun, aku dengar, keindahan di sini menyimpan banyak RAHSIA gelap."
Percakapan mereka adalah tarian pedang. Setiap kata adalah senjata, setiap janji adalah jebakan. Cinta yang tumbuh di antara mereka adalah permainan takhta itu sendiri. Kekuasaan dan kasih sayang terjalin menjadi satu, menciptakan benang merah yang berbahaya dan mengikat.
Pangeran Yi, yang terbiasa mengendalikan segalanya, mendapati dirinya kehilangan kendali saat bersama Lian. Ia menawarkan padanya dunia, berjanji akan menjadikannya permaisuri. Namun, Lian, yang selama ini dianggap lemah dan penurut, memiliki rencananya sendiri.
Bertahun-tahun hidup di bawah bayang-bayang intrik istana telah mengasah intuisinya. Ia tahu bahwa Pangeran Yi hanya melihatnya sebagai alat. Cinta yang ia rasakan, meskipun nyata, tidak akan cukup untuk melindunginya dari KEKEJAMAN istana.
Maka, Lian mulai bermain. Ia membiarkan Pangeran Yi percaya bahwa ia telah menaklukkannya, padahal ia sedang merencanakan balas dendam yang dingin dan elegan. Ia mengumpulkan bukti pengkhianatan Pangeran Yi, bersekutu dengan musuh-musuh bebuyutannya, dan menunggu waktu yang tepat untuk menyerang.
Malam penobatan Pangeran Yi tiba. Aula Emas dipenuhi sorak sorai. Pangeran Yi, dengan senyum kemenangan, melangkah menuju takhta. Namun, sebelum ia sempat duduk, Lian maju ke depan.
"Selamat, Pangeran," ucapnya dengan suara yang menggetarkan seluruh aula. "Namun, ada satu hal yang perlu kau ketahui sebelum kau duduk di takhta itu."
Lian membentangkan gulungan perkamen yang berisi bukti pengkhianatan Pangeran Yi. Aula Emas hening seketika. Para pejabat, yang tadinya bersorak, kini saling berbisik ketakutan.
Pangeran Yi menatap Lian dengan mata penuh amarah dan pengkhianatan. "Kau... bagaimana mungkin?"
Lian tersenyum dingin. "Kau meremehkanku, Pangeran. Kau pikir aku hanya bidak, padahal aku adalah RATU dalam permainan ini."
Dengan satu gerakan anggun, Lian memerintahkan para pengawal untuk menangkap Pangeran Yi. Kekuasaan yang selama ini dipegang erat oleh Pangeran Yi lenyap dalam sekejap.
Saat Pangeran Yi diseret keluar dari aula, Lian menatap takhta yang kini kosong. Ia menghela napas, lalu berbalik dan berjalan meninggalkan aula Emas.
Sejarah baru saja menulis ulang dirinya sendiri, dan tinta yang digunakan adalah darah dan air mata.
You Might Also Like: Jualan Skincare Passive Income Kota
0 Comments: